Menulis Dalam Kesibukan
Resume : Selasa, 5 Mei 2020
Oleh : Supyanto
Narasumber : Much. Khoiri
Profil Much. Khoiri
Lahir di Desa Bacem, Madiun 24 Maret 1965, Much. Khoiri kini menjadi dosen dan penulis buku dari FBS Universitas Negeri Surabaya (Unesa), trainer, editor, penggerak literasi. Alumnus International Writing Program di University of Iowa (1993) dan Summer Institute in American Studies di Chinese University of Hong Kong (1996) ini trainer untuk berbagai pelatihan motivasi dan literasi. Ia masuk dalam buku 50 Tokoh Inspiratif Alumni Unesa (2014). Pernah menjadi Redaktur Pelaksana jurnal kebudayaan Kalimas dan penasihat jurnal berbahasa Inggris Emerald. Pernah menjadi redaktur Jurnal Sastra dan Seni. Selain menghidupkan beberapa komunitas penulis, ia juga pernah mengomandani Ngaji Sastra di Pusat Bahasa Unesa bersama para sastrawan. Karya-karyanya (fiksi dan nonfiksi) pernah dimuat di berbagai media cetak, jurnal, dan onlinebaik dalam dan luar negeri. Ia telah menerbitkan 42 judul buku tentang budaya, sastra, dan menulis kreatifbaik mandiri maupun antologi. Buku larisnya antara lain: Jejak Budaya Meretas Peradaban (2014), Rahasia TOP Menulis (2014), Pagi Pegawai Petang Pengarang (2015), Much. Khoiri dalam 38 Wacana (2016), kumpuis Gerbang Kata (2016), Bukan Jejak Budaya (2016), Mata Kata: Dari Literasi Diri (2017), Write or Die: Jangan Mati sebelum Menulis Buku (2017), Virus Emcho: Berbagi Epidemi Inspirasi (2017), Writing Is Selling (2018), Praktik Literasi Guru Penulis Bojonegoro (2020), Virus Emcho: Melintas Batas Ruang Waktu (2020), dan SOS Sapa Ora Sibuk: Menulis dalam Kesibukan (2020). Sekarang dia sedang menyiapkan naskah buku tentang menulis, budaya, literasi, dan karya sastra (puisi dan cerpen). Dia cukup aktif menulis di muchkhoiriunesa.blogspot.com; www.kompasiana.com/much-khoiri; muchkhoiri.gurusiana.id.; jalindo.net; dan sahabatpenakita.id.
Instagram: @much.khoiri dan @emcho_bookstore.
Emailnya: muchkhoiriunesa@gmail.com dan muchkoiri@unesa.ac.id HP/WA: 081331450689. Facebook: Much Khoiri-90.
Pertemuan kita hari ini dengan Much. Khairi dari Unesa (Universitas Negeri Surabaya), mohon izin mau menyampaikan paparan terkait dengan materi menulis dalam kesibukan. Bapak Ibu yang kami hormati kami mulai dengan judul Sopo Ora Sibuk (SOS). Siapa yang tidak sibuk menulis dalam kesibukan. Mari kita bertanya pada diri kita masing-masing sebenarnya siapa diantara kita yang tidak sibuk? Perhatikan mereka yang bekerja di kantor. Mereka sibuk dengan tugasnya masing-masing. Ada yang bertelepon, ada yang menulis, ada yang merencanakan meeting dan seterusnya. Mereka sibuk semua. Kemudian kita juga lihat di luar kantor, orang-orang di jalan bersepeda kemudian menyeberang jalan bepergian atau menuju satu tempat kerja. Mungkin mau ke rumah saudara dengan membonceng keluarganya. Mereka semua juga sibuk. Bahkan ada kakek-kakek dan nenek-nenek mereka juga sibuk dengan urusannya masing-masing. Kalau kita tingkatkan dari orang biasa sampai orang yang punya jabatan mereka akhirnya tidak ada yang sebenarnya tidak sibuk. Sampai di jidatnya mungkin bisa tertulis sorry saya sibuk ya.
Saya punya sahabat yang bernama Ahmad Rifai Rifan, menulis buku yang sangat bagus, menulis buku yang sangat laris judulnya “Tuhan Maaf kami sedang sibuk”. Ini tentu menggambarkan Ironi situasi dimana manusia yang seharusnya banyak mengingat atau berdzikir sama Tuhan. Ini malah menjadi sesuatu yang dilupakan. Dalam bahasa sederhana saya. Manusia itu adalah subjek. Tanpa kata kerja, subjek hanyalah entitas yang mati tanpa makna. Kontekstualitasnya subjek misalnya saya kalau tidak diikuti kata kerja makan, minum, bekerja, tidur, bersantai, dan seterusnya. Itu hanya sebagai Saya tidak banyak berarti. Saya saja tidak bisa melakukan apapun, itu berarti tidak ada gunanya. Sehingga kalau hakikatnya orang selagi masih hidup, selagi berkegiatan ya memang sibuk. Jadi ada baiknya kita perlu merenungi sudah tepatkah jika kesibukan dijadikan alasan untuk tidak melakukan sesuatu. Nah dalam konteks menulis tentu saja ini juga harus menjadi pertanyaan bagi teman-teman. Bapak Ibu saudara-saudara yang mengaku sangat sibuk, dan itu menjadi alasan untuk tidak berkarya. Mari kita timbang lagi apakah alasan itu sudah tepat?
Mengapa demikian saya sangat yakin bahwa dalam hukum alam itu dibalik kesibukan pasti ada kelonggaran, dibalik kesulitan itu ada kemudahan, dibalik kesibukan juga ada kesempatan. Sebenarnya menurut saya itu bagaimana kita memahami kesibukan, menyiasati hidup bersama. Dalam bahasa saya di sini konteks inilah yang menyebabkan kita harus mempunyai sikap kita itu positif atau negatif. Kalau sikap kita Positif itu akan menghasilkan aksi yang positif. Kalau sikap kita ke negatif terhadap kesibukan. Ya pastilah akan menghasilkan reaksi negatif atau bahkan tidak melakukan apa-apa. Yang diperlukan dalam kegiatan menulis, tentu saja sikap positif terhadap kesibukan menulis. Kalau kesibukan itu memang harus bersama kita dan kita tidak boleh menyerah dengan kesibukan. Nah karena itu kita harus menyiasatinya, kita harus memiliki kesibukan sehingga kita bisa melakukan kegiatan menulis. Nah kalau kita sudah menyikapi dengan positif maka kita akan melakukan kegiatan menulis dan akan memiliki kekuatan yang baik untuk diri kita sendiri sehingga pada saatnya kita bisa menikmati kesibukan itu. Nah saya ingatkan penulis sejati akan mencurahkan daya dan pikirannya untuk menghasilkan tulisan. Andaikata ia tidak sedang menulis ya pastilah memikirkan tentang apa yang ia akan tulis. Ada waktu yang istimewa yang dipilihnya yang paling nyaman untuk menulis, bisa larut malam menulis, ia tidak membiarkan satu haripun tanpa menulis. Menulis sama wajibnya dengan membaca. Ini perlu kita ingat ingat untuk menguatkan kita untuk menjaga supaya tetap menulis.
Mengapa kita harus menulis? Ada buku yang bagus, saya nikmati dalam buku ini ada sesuatu yang sangat bagus “ketika kau bicara kata-katamu hanya menggema melintas ruangan atau sampai ke alas. Tetapi Ketika engkau menulis kata-katamu akan menyebrang atau menggema sampai bertahun-tahun. Dalam bahasa sederhana saya apa yang kita inginkan dan apa yang kita katakan akan musnah. Yang kita lakukan juga tidak tersisa kecuali dituliskan. Ia akan abadi dan menyejara h dalam hidup kita masih ingat ungkapan bermajas dari Pramoedya Ananta Toer “orang boleh pandai setinggi langit tapi selama ia tidak menulis ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk Keabadian”. Budi Darma sastrawan ini juga mengatakan bahwa “Penulis itu memiliki kedudukan yang mulia begitu seorang pengarang mati tugasnya sebagai pengarang tidak dapa t diambil alih oleh orang lain. Sebaliknya jika dekan, camat, dan Mantri polisi mati dalam waktu singkat akan ada orang yang dapat dan mampu menggantikannya”.
Hal berikutnya yang penting dalam konteks menulis dalam kesibukan adalah bahwa menulis itu berkomunikasi bukan hanya berekspresi kalau hanya berekspresi itu sesuka kita. Selain kita itu berekspresi tetapi kita juga perlu berasumsi bahwa menulis itu berkomunikasi. Kalau kita berkomunikasi berarti kita berhadapan dengan orang yang diajak berkomunikasi kalau seorang penulis berarti membaca ada ungkapan yang sangat bagus dan weismann Full Speed orang bijak itu bicara karena mereka punya sesuatu untuk disampaikan kepada orang bodoh karena mereka harus menyatakan sesuatu bisa saja orang bodoh ini tidak ada sesuatu yang disampaikan tidak penting tetapi penting ngomong saja sementara orang yang bijak itu diam tapi ketika ada sesuatu yang harus disampaikan itu disampaikan ini kita sebaiknya tidak sekadar menulis tapi ada sesuatu yang kita sampaikan jadi kita bisa mengungkapkan gagasan perasaan pengalaman dan Seterusnya kepada pembaca Nah kita dan membaca itu harus dibayangkan seakan berada dalam forum saling berhadapan itu ada di pandang atau sudut pandang pakai kata-kata.
Berikutnya materi tulisan tentu harus selaras dengan kebutuhan audiensi ke depan. Silakan penulis yang dibutuhkan pembaca jangan mikir sukanya sendiri. Jadi kita untuk memperkirakan Apa yang sejatinya dibutuhkan membaca berikutnya. Pengorganisasian materi tulisan juga perlu bagus, tulisan juga harus enak di ikuti jangan sampai misalkan 1 halaman hanya satu paragraph. Itu membuat orang berkepala cenut-cenut bisa menghabiskan buodrex satu genggam .itu diatur sedemikian rupa hubungan kalimat dalam paragraf hubungan antara paragraf dan seterusnya dan seterusnya supaya ini tertarik dan mengikuti penjelasan dengan buku itu sampai tuntas yang terakhir bahasa bahasa kita itu komunikatif sesuai dengan sang ratu bisa kalau tulisan ilmiah tentang kerja bahasa Indonesia Kalau bahasa kalau untuk membaca hukum yang tentu saja kita memakai bahasa semi ilmiah atau Seni populer dalam buku-buku yang beredar di toko-toko buku atau antar teman itu bahasa populer dan bukunya disebut monogram biasanya semacam itu ciri bahasanya Aku sayang Mengapa masyarakat juga lagi ketika berkomunikasi kita menyampaikan sesuatu pesan menggunakan bahasa yang enak di ikuti sehingga pesannya nyampe ke pembaca
Inti dari pembicaraan saya yakni ada 17 strategi jitu yang Bapak Ibu kita terapkan dalam menyiasati kesibukan: pertama tetapkan niat menulis, rajinlah membaca, gunakan alat perekam, kobarkan inspirasi menulis, tentukan waktu lama, dan seterusnya sampai ke-17 menulis itu dengan doa. Saya jelaskan secara singkat masing-masing, mudah-mudahan bisa menguatkan untuk tetap tenulis yaitu:
1. Tetapkan niat menulis.
Niat dan keyakinan akan menjadi daya dorong ketika kita belum bangkit dan menjadi daya tahan ketika ada godaan. Ketika kemalasan datang, maka niat akan mendorong untuk menulis. Godaan untuk melakukan hal-hal lain yang kurang berguna, seperti menonton infotainment, akan didorong oleh niat. Niat harus kuat. Niat terbagi atas dua ada yang umum dan filosofis, misalnya menulis untuk beramal dan mencerdaskan bangsa. Dan niat yang kedua menulis untuk menghasilkan uang, untuk tambahan penghasilan, untuk dokumen naik pangkat.
2. Rajinlah membaca
Membaca seperti sedang melihat masa lalu dan masa depan. Membaca itu biasanya mendahului menulis, pemicu menulis selalu digedor membaca. Ketika kita membaca buku-buku yang bagus, maka suatu saat buku yang bagus akan keluar dari diri kita. Sumber inspirasi yang memperkaya wawasan kita terdapat pada asumsi-asumsi, kutipan-kutipan yang terdapat pada buku-buku yang bagus dan berkualitas. Kalau kita membaca buku-bukubagus, maka kita akan ketularan dengan menghasilkan tulisan yang bagus.
3. Gunakan alat perekam gagasan
Kita sehari-hari bepergian jangan lua merekam hal-hal yang menarik dengan kamera. Selebihnya siapkan catatan kecil. Kemanapun kita pergi, selalu ada materi dan sumber inspirasi yang bisa kita abadikan yang nantinya bisa dituliskan dan memperkaya tulisan kita. Prinsipnya adalah kita harus membuka pikiran pada segala masukan. Max Roberts mengatakan; Human mind is like an umbrella. It functions best when opened. Pikiran manusia seperti payung yang berfungsi dengan baik ketika terbuka. Tersedianya alat perekam akan membantu kita untuk mendokumentasikan banyak hal di sekeliling kita sebagai sumber ide. Apalagi kita sekarang ada smartphone atau gadget, kita bisa menggunakan photo atau rekamanan yang menjadi penangkap ide. Ide jangan dilewatkan begitu saja berlalu, harus segera direkam dan ditulis. Cara terbaik untuk menemukan sebuah ide adalah mempunyai banyak ide.
4. Kobarkan inspirasi menulis
Inspirasi adalah pengetahuan awal yang dimiliki oleh seseorang. Ilham atau sesuatu yang membuat kita memunculkan ide yang paling bagus. Inspirasi tumbuh dan berkembang berkat kekayaan pengetahuan dan sebuah pemicu. Kayanya pengetahuan dan adanya pemicu akan menghadirkan sebuah inspirasi. Jangan menunggu inspirasi, karena seorang penulis tidak pernah menunggu inspirasi. Inspirasi itu disa diciptakan dan dikonstruksi. Jangan menunggu inspirasi turun dari langit atau muncrat dari bumi. Jadi anda jangan menunggu inspirasi karena anda seorang penulis bukan seorang penunggu.
5. Tentukan waktu utama
Menentukan waktu utama menulis, apakah pagi hari, siang hari, sore hari atau malam. Artinya kita bisa mengalokasikan waktu. Waktu utama menulis tidak boleh berbenturan dengan waktu kerja, harus di luar jam kerja. Selanjutnya kita harus merasa nyaman saat menulis dengan pilihan waktu yang kita tentukan. Pegang komitmen untuk disiplin terhadap waktu yang ditentukan. Buatlah jadwal sehingga kita terbiasa menulis dengan konsisten.
6. Bagi pemula, menulislah dengan bebas
Membiasakan diri dengan menulis bebas, menulis spontan, free writing, menulis tanpa takut terhadap aturan-aturan menulis. Seperti orang Menulis Curhatan, menggunakan bahasa tutur, saya dan aku. Orang seeperti bercerita, atau menyampaikan sesuatu pada orang lain. Orang yang menulis bebas sebenarnya sedang memaksimalkan kerja otak kanan dan meminimalkan kerja otak kiri. Otak kanan spontan, penuh kebebasan dan tanpa aturan. Otak kiri sebaliknya menuntut kerja teratur, sistematis dan penuh pertimbangan. Kalau kita sedang curhat maka kita sedang menulis sedang menguatkan lahitan otak kanan. Menulis dengan menggunakan otak kanan, kemajuan akan lebih baik pada saat tertentu. Tujuannya untuk memperlancar bahasa tulis.
7. Menulis di dalam hati
Kita menulis dalam hati, seperti di jalan atau di dalam kendaraan. Ini bisa dilakukan terutama untuk merancang tulisan. Di manapun kita berada kita bisa memikirkan apa yang akan kita tulis. Jangan melewatkan ketika ada ide. Langsung proses dalam pikiran. Semua ide-ide bagus itu datang spontan, karena itu catat, jangan lewatkan ide terbuang. Catat segera dan tulislah menjadi sebuah karya.
8. Menulis di waktu utama
Menulis di waktu yang telah diprioritaskan. Bisa dibantu dengan menyediakan waktu luang. Artinya menetapkan waktu menulis itu sangat penting. Dalam implementasinya, kita harus berdisiplin dan mematuhi apa yang telah kita jadwalkan untuk menulis. Apakah itu setelah waktu magrib, atau setelah isya, sebelum atau setelah subuh.
9. Menulis diwaktu luang.
Kalau kurang masih kurang waktu menulis diwaktu yang ditentukan. Kita Bisa menambah waktu untuk menulis diwaktu luang. Isilah waktu-waktu senggang dengan cara menulis. Waktu luang bisa dimanfaatkan untuk menulis sesuatu yang bermanfaat.
10. Menulis yang dialami.
Tulisan ini bisa dilakukan dengan cara apa yang pernah kita alami. Seperti tulisan yang bersumber dari catatan perjalanan, entah itu berkemah, jalan-jalan, dan lain-lain. Ini Bisa dilakukan melalui catatan harian atau catatan perjalanan.
11.Menulis yang dirasakan
Kita bisa memanfaatkan kekuatan perasaan yang kita tuangkan dalam tulisan. Misalnya kita sedang berbahagia, maka tulislah kebahagiaan itu. Atau kita sedang bersedih, tulislah kesedihan itu. Intinya apa yang sedang kita rasakan tuliskanlah.
12. Menulis selaras minat atau pekerjaan
Menuliskan tulisan terkait pekerjaan yang dijalani. Semua orang punya pengalaman menarik dalam pekerjaan. Misalnya seorang guru bisa menulis hal-hal yang dilakukan dalam pekerjaan sehari-hari, begitu juga seorang kepala sekoolah bisa menulis apa yang dikerjakan oleh kepala sekolah.
13. Menulis dengan riang
Menulis dengan perasaan bahagia. Seseorang tidak akan pernah menyelesaikan sesuatu pekerjaan dengan baik, jika ia tidak bahagia. Karya terbaik bisa diselesaikan dengan posisi riang gembira, karena itu menulislah dengan riang gembira.
14.Menulis yang banyak
Menulis satu dua tiga halaman tiap hari. Kuantitas bisa menentukan kualitas. Penulis yang baik adalah yang bisa banyak menulis. Menulislah setiap hari dan lakukan terus menerus. Sesuai pepatah omjay, menulislah setiap hari dan buktikan apa yang terjadi.
15.Read better and write faster
Pintar membaca dan menulis dengan lebih cepat. Misalkan menulis biasanya 3 jam untuk satu artikel maka biasakan selesai 2 jam. Atau biasanya menulis 1 artikel bisa selesai 2 jam, percepat menjadi 1 jam. Penulis harus terus berlatih dengan waktu yang relatif cepat. Berlatihlah dengan waktu yang cepat. Lambat laiun kemampuan menulis akan semakin baik.
16. Membuat motto yang dahsyat
Motto merupakan pemberi semangat melakukan sesuatu. Buatlah motto yang dasyat sehingga menimbulkan energy semangat untuk menulis. Misalnya Write or Die: Jangan Mati sebelum Menulis Buku.
17. Menulis dengan doa
Setiap kita mau menulis, jangan lupa berdoa. Menulis itu jangan lupa berdoa. Kalau bisa berwudhu, lalau sholat. setelah itu sholawat dan jangan lupa diakhiri dengan berdoa.
Menulislah Sesuai Kemampuan
Dari 17 Strategi Menulis dalam Kesibukan bisa diambil yang relevan dengan kebutuhan diri sendiri. Tidak harus dipraktekkan semuanya. Sesuaikan dengan kemampuan. Diupayakan ada rasa sensitif dalam diri kita menangkap ide-ide untuk tulisan. Tips yang paling cocok buat kita yang selalu kesulitan untuk bisa menulis dalam kesibukan adalah Ketika kita sangat sibuk, jangan lupa mencatat poin-poin penting, menyiapkan alat perekam, disertai niat untuk menuliskan apa yang telah dicatat. Harus selalu dicoba, melatih diri dan telaten, sehingga bisa mengembangkan artikel untuk jadi tulisan.
Waktu Menulis Pemula
Waktu untuk seorang penulis pemula untuk terampil menulis bisa bervariasi, tergantung pada niat dan ketelatenan. Tiap hari menulis dengan tekun. Jangan kalah dengan kesibukan sendiri. Waktu harus dikelola dengan baik. Kekuatan fisik, mental dan semangat berbeda bagi tiap orang. Minimal siapkan jadwal dan membuat skala prioritas tiap hari. Artinya pengelolaan diri sendiri terhadap kesibukan
Mendasari diri dengan komitmen membaca dan menulis itu wajib. Kalau ada yang dibaca berarti harus ada yang ditulis. Jadikan menulis itu kewajiban. Menyiapkan waktu khusus untuk menulis. Anggaplah tidak menulis itu sebagai sebuah utang tiap hari. Menulis dalam hati sama dengan menulis dalam kertas yang dipindahkan dalam ingatan. Direkam dalam pikiran. Ketika sampai di rumah segera direalisasikan dalam tulisan. Dilatih dan lama-lama akan banyak.
Cara Mengelola Ide Dan Gagasan
Cara mengelola ide dan gagasan harus konsisten. Sudah punya rancangan apa yang mau ditulis. Konsisten pada rancangan. Jika ada ide baru muncul, segera catat di tempat lain. Jangan tinggalkan ide yang utama yang harus diselesaikan. Ide yang mampir jadikan sebagai tambahan dalam tulisan. Jangan membiasakan diganggu oleh ide baru yang muncul. Sempatkan menulis, jika ada ide yang mampir di pikiran, berpikir cepat dan mencatat poin-poin. Ketika tiba di suatu tempat, tuangkan di kertas, supaya ada paparan ide yang jelas. Hal ini untuk membantu pikiran kita bekerja. Menulis adalah berpikir di atas kertas. Banyak ide itu tidak masalah, tinggal dikelola dan ditindaklanjuti.
Tips dan Trik Menulis.
Terus menulis dan dituntaskan. Teruskan saja tulisan hingga cukup banyak, nantinya bisa diminta penulis senior untuk mereview dan membacanya. Fiksi dan nonfiksi tidak masalah. Cerpen dan novel tidak selamanya imajinasi, bisa juga memuat fakta.
Pantas tidaknya tulisan, tidak perlu diperhatikan, diabaikan saja. Perlu diingat, belum tentu pengkritik itu mampu menulis. Anggaplah pengkritik angin lalu. Lebih baik melakukan sesuatu yang salah dari pada tidak pernah melakukan apapun. Terus saja berkarya.
Menulis biografi orang tidak seperti curhat, tapi menggunakan sudut pandang yang ketiga, menggunakan kata ‘dia’, karena menulis tentang seseorang, harus didukung data-data yang bagus, hasil wawancara, bertanya pada keluarga, teman supaya kaya ide dan informasi sehingga biografinya kaya. Autobiografi itu tentang diri sendiri, bercerita dengan kata ‘saya’.
Jika perasaan menulis hilang maka perlu, recall, memanggil ulang memori-memori yang hilang. Memanggil kembali ingatan yang hilang. Jika perlu merenung, agar kondisi yang hilang bisa muncul kembali. Kemampuan membangkitkan memori memerlukan keahlian tersendiri.
Menulis harus mengatasi diri-sendiri, mengelola pikiran dan bersikaplah seperti orang bodoh yang sedang belajar, selalu siap menjadi orang yang banyak belajar, siap merendah, rendah hati dan menghindari kesombongan. Menulis itu sama artinya kita dalam proses belajar. Letupan-letupan ide yang memperkaya pikiran itu harus ditemukan dan dituangkan poinnya dalam catatan-catatan kecil.
Setiap masalah bisa dituliskan setiap saat, apapun jenis idenya silahkan dituliskan pada waktu yang telah disiapkan, ada waktu utama ada waktu luang. Menulis itu berpikir tentang apa dan bagaimana menulis. Menulis banyak artinya, jangan membuat target yang tidak sesuai dengan kemampuan. Gunakan strategi yang sesuai dengan kemampuan pribadi.
Kiat mengorganisasikan kata-kata agar tulisan enak dibaca adalah lewat latihan, menata kalimat. Menulis itu keterampilan, membutuhkan writing skill, keterampilan itu akan menjadi mahir ketika dipraktekkan dan dilatih. Lama kelamaan akan menjadi baik. Tulisan itu merupakan komunikasi yang ringan dan enak. Gunakan bahasa yang bisa dipahami banyak orang. Menulis itu ada dukungan antar kalimat dan antar paragraf. Hal ini butuh latihan dan praktik sepanjang waktu. Saat dilatih kita akan menemukan diri kita sendiri dalam menulis.
Kesimpulan
Kesibukan itu selalu menyertai kehidupan kita. Kesibukan itu berlangsung di semua tingkatan. Dari mulai pengangguran sampai pejabat. Semua selalu sibuk. Kesibukan memang selalu ada. Namun, penting menyiasati kesibukan sehingga kita bisa menunaikan tugas kita menulis. Menulis dalam kesibukan harus dimaknai sebagai sebuah kewajiban. Memiliki niat yang kuat, komitmen, mendisiplinkan diri, memiliki semangat agar memiliki kekuatan, memilih waktu yang tepat agar mampu melakoni dan menuntaskan tulisan. Menulis itu harus dijadikan motivasi agar kita bisa beramal dan mendorong sesuai dengan tujuan kita.
Bekasi, 5 Mei 2020








Komentar